“BUKKK..”
Sebuah benda yang akhirnya teridentifikasi sebagai sebuah bola, menyapa (Menyapa..?!*&^%####) tepatnya menyerang gw tepat diwajah..
“Brengsek…”
“Maaf mas gak sengaja..”
Baru saja gw hendak mendamprat sang pemilik suara, ketika gw sadari bahwa yang punya suara memiliki segrombolan ‘siBerat’ di sebelah
“Ya gak pa pa” Jawab gw menyadari situasi yang menguntungkan… dirinya
“Ha…”
Gw yang cuma terdiri atas sekumpulan tulang belulang, dengan sedikit daging di sekitar wilayah pantat, mana berani bersengketa dengan sekumpulan manusia yang atletis dan murni berdaging yang udah mulai berteriak – teriak di ujung
Maka kembalilah gw sibuk melamun. Namun mata gw kembali tertumbuk (kaya padi hehehe..) pada dua tim voli yang asik mengadu skill disana. Bukan, bukan permainan mereka yang mengganggu dunia ku, tapi mata gw tertuju ama seseorang yang gw asumsikan tidak-sedang-menikmati-permainan.
Wajahnya terlihat manis.. Tapi bukan wajahnya..
Senyumannya mempesona.. Tapi bukan senyumannya..
Tatapnya menggetarkan.. Yap tatapan matanya itu… begitu..
kosong..
Sebenarnya gw gak begitu peduli sih, tapi dia menyadarkan aku, aku gak sediri. Aku gak sendiri merasa sepi di pantai ini, mungkin dari beberapa bahkan semua manusia yang gw lihat disini semuanya sedang bermasalah, hanya saja mereka mampu menyembunyikannya, gak kayak gw.. iya! Gak kayak gw dan gadis itu tentunya, yang gak mampu menyembunyikan sepi dari muka kita…
Gw coba mencari, apa yang salah dengan gw.. apa yang salah dengan hubungan kita (ama cewe gw bukan ama wanita yang di pantai). Sejuta tanya berserak di dalam dada, dia anggap apa hubungan selama tujuh ratus hari tanpa henti? Kenapa dia tega menyudahinya ketika kita harusnya berbahagia karna hari itu adalah saat dimana kita merayakan hari jadian kita? Kenapa oh kenapa aku tak berdaya (jadi nyanyi kakaka…)
“Yang.. kalo mulai hari ini kita temenan aja kamu marah ga?”
BLEEGERRRRR
Kata – kata itu terngiang kembali di kuping gw, lengkap dengan suara petirnya. Saat itu gw cuma bisa diam, gw cuma melihat matanya, gw gak percaya, gw gak mau percaya… gw gak bisa percaya.. Sekejap senyum hilang dari wajah gw, sekejap ingin rasanya gw melemparkan sesuatu ke arahnya.. Gw pengen maki – maki dia!!! Gw pengen ngebuka matanya, menjambak rambutnya, memaksa dia mengaku bahwa dia baru aja mengucapkan jokes yang sama sekali gak lucu untuk di ucapkan.
Tapi gw cuma bisa diam…
Ketika dia beranjak pergi dari hadapan gw
Gw masih aja diam..
Dan inilah gw hari ini, datang kepantai ini tepat setahun yang lalu sejak Gw berpisah, tepat tiga tahun yang lalu saat gw ungkapkan isi hati gw kepadanya. Tepat dipantai ini, dimana kaki gw berpijak.. Disini!
Pantai ini masih seindah dahulu, seperti yang bisa gw ingat. Hanya saja gw gak bisa lagi menemukan ukiran nama gw dan dia di atas pasir putihnya, but it’s ok. Gw dah berjanji sebelum berangkat tadi, bahwa gw kesini Cuma mau senang – senang dan bukan nangis – nangis.
Di kejauhan terdengar flanella bernyanyi bercampur dengan deburan ombak
Demi aku yang pernah ada di hatimu
Pergi saja dengan kekasihmu yang baru
Dan aku yang terluka oleh hatimu
Mencoba mengobati perihku sendiri…
Aku bangkit berdiri, dan berbalik
GUBRAAKKK
“Aduh maaf mbak ga sengaja..” kataku cengengesan seakan tak berdosa, kepada seorang cewek yang terkapar di hadapanku. Whats, itu cewe’ manis yang tadi sempat ku perhatikan.
“Wah hati – hati dong mas!!” dengan sewotnya dia berkata..
Gw ulurin tangan bermaksud hendak membantunya berdiri.
Seketika ia meraih tangan ku..
Ketika kulit di tanganku yang tlah lama tudak menyentuh kulit wanita
Jantung berhenti berdenyut..
Paru – paru mulai kekurangan oksigen
Otak bekerja secara abnormal
Dia (that’s girl! Not my ####z ß cencored) berdiri tegak
“Denis..” ku tawarkan nama ku
Dia melepas tangan ku
Lalu diam, membersihkan celana dari pasir
“Thanks..” tersenyum dan membalikkan diri
Berjalan menjauhi ku
Satu langkah.., dua langkah…, tiga langkah.., empat langkah..,
Dia berbalik..
Tersenyum
“Lisa…”
Hari ini sungguh indah….
0 bisikan...:
Posting Komentar